Batu vs Tembok
Anya gak tau lagi mesti gimana ngadepin satya. Dari dulu sampe sekarang, dia masih gak ngerti sama sifat cowoknya itu. Pikiran Anya gak jauh beda sama Satya, ia juga gak habis pikir sama sifat keras kepalanya Anya. Tiga tahun menjalani masa-masa pacaran sepertinya belum cukup bagi mereka untuk saling mengenal dan intropeksi diri. Sifat Anya yang keras kepala seperti batu bikin Satya, cowok yang super cuek dan acuh kayak patung itu selalu senewen. Kelihatannya gak Cuma mereka aja yang capek, sahabat mereka Tania dan Doni yang juga pasangan kekasih gak tau lagi mesti gimana bikin akur mereka. Kali ini, mereka ribut besar gara-gara hal sepele. Padahal Cuma gara-gara Satya telat dan tiket nonton habis terjual. “Yang ngajak nonton kan gue ma Doni, kenapa jadi mereka yang rebut sih?” pikir Tanya. Sepulang dari lokasi, Anya pulang bersama Tanya dan Doni, sedangkan Satya pulang sendiri dengan motor gedenya. Sebenernya sih, Tanya rada risih juga Anya numpang pulang, udah tampangnya gak enak diliat ditambah dia gak bisa mesra-mesraan ma Doni, hehehe.
Siang itu, bel berbunyi. Semua siswa-siswi SMA Pelita kasih berhamburan keluar. Anya berjalan mengikuti langkah Tanya dan Doni. Tanya merasa temannya itu dari kemarin gak henti-hentinya ngikutin dia.Sebel nggak sih digituin, kayak Tanya emaknya aja. Akhirnya Tanya membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Anya.
“Nya, gw tau lo lagi ribut sama Satya, tapi please Nya, lo harus nyelesaiin masalah lo sendiri. Emang ada untungnya lo ngikutin gw terus?” kesal Tanya.
“Ada, gw bisa ngilangin penat gw, gw jadi gak bosen. Lagian lo kan sahabat gw Tan, lo Bantu gw apa kek supaya gw bisa baikkan sama Satya!” balas Anya kesal . Mendengar hal itu, Tanya jadi tambah sewot.
“Hah, apa gw gak salah denger tuh? Asal lo tau ya, gw sama Doni dari dulu selalu cari cara biar lo berdua gak ribut terus, tapi emang dasar kalian itu bandel, kita capek. Dan gw sadar, gw dah terlalu banyak ngurusin lo berdua sampe-sampe gw lupa sama urusan gw sendiri. Nya, gw juga pengen bahagia, gak lo doang. Ngerti??!!!” seru Tanya. Semua orang memandangi mereka. Tanya lekas berlalu dengan mengajak Doni pergi. Anya masih terpaku. Semprotan dari sahabatnya itu sangat menusuk hatinya. Dia gak menyangka kalau sahabatnya itu bisa berkata seperti itu. Dari jauh, Satya melihat Anya berdiri di pinggir lapangan sambil menangis. Ada rasa ingin menghampiri, tapi kejadian kemarin masih terlintas dalam benaknya, hingga ia memutuskan untuk pulang saja.
Satya terbangun dari tidur siangnya. Entah kenapa ia bermimpi buruk tentang Anya. Sehingga tak terasa tubuhnya penuh keringat dan napasnya tersengal. Ia langsung menuju dapur dan meneguk segelas air putih. Ia masih bertanya-tanya, itu tadi firasat atau hanya bunga tidur?
Setelah itu, Satya bergegas mandi dan keluar rumah. Mamanya sampai heran dibuatnya. Karena nggak biasanya Satya pergi tanpa pamit dan terburu-buru begitu.
Tiba di rumah Anya, Satya agak deg-degan. Ia sama aja mengalah dengan Anya dengan minta baikan duluan. Tapi itu memang yang ia harapkan.
Saat itu, Mbok Minah yang membukakan pintu, “Siang mbok, Anya nya ada nggak mbok?” .Si simbok klihatan bingung dan kelihatan sedih. Satya jadi bingung dengan reaksi Mbok Minah.
“Lho, Mbok kok sedih, saya kan Cuma nanya Anya ada apa enggak?”
“Gi..gini den, Non Anya..Non Anya dilarikan ke rumah sakit Den,”
DEG…
Tubuh Satya seakan lumpuh. Bibirnya ikutan kelu.
“A..Anya kenapa Mbok?” Tanya Satya panik
“Tadi..Non Anya jatuh dari tangga den”
Tanpa pikir panjang lagi, Satya segera menuju rumah sakit setelah Mbok Minah memberikan alamatnya. Tiba disana terlihat orang tua Anya, dan Tanya juga Doni. Satya segera menemui mereka. Menurut dokter, Anya tidak apa-apa. Hanya gegar otak ringan dan perlu istirahat. Mamanya menjelaskan kalo saat itu mbok minah sedang mengepel lantai, tapi Anya maksa pengen lewat akhirnya dia jadi terpeleset dan jatuh. Mendengar hal itu, Anya jadi malu, apalagi disitu ada Satya. Satya juga Cuma tersenyum nakal alias mencibir.
“Dasar batu, susah dibilangin!” kata Satya ngeledek.
“Huh, ngomong sama patung pancoran susah!” kata Anya ngambek
“Dasar, Batu sama patung gak pernah akur!” ledek Tanya. Mereka semua Cuma bisa tertawa. Ternyata kejadian ini ada hikmahnya juga, Anya gak perlu cari cara lagi agar hubungannya bisa baik lagi.